Kamis, 29 Desember 2016

Morfofonemik


MORFOFONEMIK

Dalam buku yang ditulis Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Sedang menurut Kridalaksana (2007:183) dalam bukunya berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi. Serta menurut Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain.
Ketiga pernyataan diatas penegrtian morfofonemik dapat disimpulkan bawasanya morfofonemik adalah suatu proses morfologis atau fonem yang timbul akibat pertemuan morfem satu dengan yang lain, baik afiksasi, reduplikasi serta merupakan subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonemik. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) menyatakan pula bahwa morfofonemik  merupkan telaah tentang perubahan-perubahan fonem yang terjadi sebagai akibat pertemuan (hubungan)morfem dengan morfem lain serta merupakan perubahan fonem yang terjadi sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
Ø  Jenis perubahan
Dalam bahasa indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaandengan proses morfologi ini. Menurut Abdul Chaer 2008 dalam bukunya morfologi bahasa indonesia (pendekatan proses) ada 5 yaitu:
a.       Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefix me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
Contoh : me + baca = membaca
b.      Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefix ber- dilesapkan. Juga, dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan “akhiran” –nda pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar itu menjadi lesap atau dihilangkan.Contoh: ber + renang = berenang.
c.       Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu. Juga terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe. Contoh : me + sikat = menyikat
d.      Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Contoh : ber + ajar = belajar
e.       Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –I pada dasar lompat, terjadi pergeserab dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata ¬pat menjadi berada pada suku kata ti.Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban. Contoh : lompat+ I = lompati

Ø  Morfofonemik dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hamper tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi pe-an, konfeksasi per-an, dan sufiksasi –an.
1.      Prefikasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa : pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu, perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber itu.
a.       Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er].
b.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar, tidak ada contoh lain.
c.       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tahap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2) di atas.
2.      Prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa pengekalan fonem, penambahan fonem, dan peluluhan fonem.
a.       Pengekalan fonem disini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
b.      Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan  fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. umpamanya.
Me + baca       à     membaca
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. umpamanya.
Me + dengar     à   mendengar
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/. Contoh :Me + goda        à       menggoda
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari sati kata. Misalnya:
Me + cat        à      mengecat.
c.  Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/. dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/. konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/. Misalnya:Me + dengar       à      mendengar
3.  Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu pengekalan fonem, penambahan fonem dan peluluhan fonem.
a)      Pengekalan fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
b)      Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsona /d/.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/.
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku.
c)      Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ nasal /n/.
3.      Perifikasi per- dan konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelepasan fonem /r/ pada prefiks per- itu, perubahan fonem /r/ dari prefiks per-an itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
a.       Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk daasrnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertamanya /er/.
b.      Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berubah kata ajar.
c.       Pengekalan finem /r/ terjadi apabia bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada a dan b di atas. Per + kaya = perkaya
5.         Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks ¬–an dapat berupa permunculan fonem dan pergeseran fonem.
a.       Pemunculan fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glottal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an
b.      Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufuk –an tersebut.
6.         Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa pelepasan fonem /r/ dari prefiks ter- itu, perubahan fonem /r/ dari prfiks ter- itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ itu.
a.       Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
b.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
c.       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.

Ø  Bentuk bernasal dan tak bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal, yakni : pertama, tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua, upaya pembentukan kata sebagai istilah; ketiga, upaya pemberian makna tertentu.
1.         Kaitan dengan tipe verba
Dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-, dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan pe-an) yang diturunkan adalah sebagai berikut.
a.       Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/.
Contoh:Meloncat, peloncat, peloncatan.
  Merawat, perawat, perawatan
b.      Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/. Contohnya: Membina, pembina, pembinaan
                                            Memilih, pemillih, pemilihan.
c.       Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:  Mendengar, pendengar, pendengaran
                                   Mendapat, pendapat, pendapatan
d.      Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/. Contoh: Menyambut, penyambut, penyambutan
                                  Menyakiti, penyakit, penyakitan
e.       Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/. Contoh:Mengirim, pengirim, pengiri.
f.       Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Misalnya:Mengetik, pengetik, pengetikan
·         Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal berafiks per-, per-kan, dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkannya) adalah sebagai berikut.
a.       Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu adalah sebagian dari prefiks ¬pe- yang menjadi dasar pembentukan. Contoh: me + perpendek à memperpendek.
·         Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper bersifat potensial, dan nomina hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an. Contoh: memperpendek à perpendekan.
·         Nomina pelaku yang diturunkandari verba memper-kan dan memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial.
Contoh: mempersatukan à pemersatu.
·         Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l berbentuk pemer-an. Contoh: mempertahankan à pemertahanan.
·         Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berkonfiks per-an tidak memunculkan bunyi nasal kita. Contoh: Bekerja à pekerja à pekerjaan

2.         Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal. 
3.         Kaitan dengan upaya semantic
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’. Contoh yang lain: penjabat à pejabat, penglepasan à pelepasan.Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa pelluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan. Contoh: mensukseskan à menyukseskan, mengkombinasikan à mengombinasikan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar