Hakikat
kata
Menurut Chaer (2008:63) kata merupakan bentuk yang kedalam mempunyai susunan fonologi yang
stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas dalam kalimat.
Kridalaksana (2008) mendefinisikan
“kata” sebagai (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap
sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2)
kata merupakan satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal
(mis. batu , rumah, datang dan sebagainya) atau gabungan morfem (mis. pejuang,
menngikuti, pancasila dan sebagainya), (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang
berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menyebutkan bahwa “kata” adalah (1) elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang
diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa, (2) konversasi atau bahasa, (3) morfem atau
kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (4)
unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (mis. kata)
atau beberapa morfem gabungan (mis. perkataan).
Ø Klasifikasi
kata
Klasifikasi kata adalah penggolongan kata atau
penjenisan kata
a. Kelas
kata terbuka
Kelas
kata terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam
proses morfologis. Yang termasuk dalam kelas kata terbuka adalah nomina, verba dan ajektifa.
b. Nomina
Kata-kata
kelas nomina tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi, adverbia derajat,
adverbia kala, dan adverbia keselesaian, namun dapat didampingi adverbia
kuantitas, adverbia negasi (bukan, tanpa), dan adverbia keharusan (boleh,
harus) serta adverbia kepastian tetapi dengan persyaratan sebagai kalimat jawaban.
c. Verba
Kata-
kata kelas verba dapat didampingi oleh adverbia negasi (tidak, tanpa), adverbia
frekuensi (sering, jarang), adverbia jumlah (banyak, sedikit, kurang, dan
cukup), adverbia kala, adverbia keselesaian, adverbia keharusan dan adverbia
kepastian. Dapat didampingi adverbia negasi (bukan) tetapi dengan persyaratan
yaitu digunakan dalam konstruksi berkontras. Misalnya: dia bukan menyanyi, melainkan
berteriak-teriak.
d. Ajektifa
Kata-kata
berkelas ajektifa dapat didampingi oleh semua adverbia derajat, semua adverbia
keselesaian dan semua adverbia kepastian, tetapi tidak dapat di dampingi oleh
adverbia keharusan adverbia frekuensi dan adverbia jumlah. Dapat didampingi
oleh negasi (bukan) tetapi dengan persyaratan yaitu dalam konstruksi
berkontras. Misalnya: warnanya bukan merah melainkan oranye.
Ø Kelas
Kata Tertutup
Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah
keanggotaanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau
berkurang. Yang termasuk kelas kata tetutup adalah kelas adverbia, kelas
preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
a. Adverbia
Adverbia
lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah
menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut
juga kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia
pada umumnya berupa bentuk dasar.
b. Pronomina
Pronomina
lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada.
Secara umum dibedakan menjadi empat macam pronomina yaitu Pronomina persona
(kata ganti diri), Pronomina demostrativa ( kata ganti penunjuk), Pronomina
interogatifa (kata ganti tanya), Pronomina tak tentu.
c. Numeralia
-
Kata bilangan atau numeralia adalaha
kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut
bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima),
bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh),
bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata
bantu bilangan.
-
Kata bantu bilangan Kata bantu bilangan
disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata penggolong bilangan atau
kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan
di antara kata bilangan dengan nominanya.contoh : ekor, buah, batang, helai,
butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang,
dan rumpun.
d. Preposisi
Preposisi
atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina
dengan verba di dalam suatu klausa. Contoh : di , pada, dalam, atas, antara,
dari, ke, kepada, terhadap, oleh, berkat, dengan, daripada, tentang, mengenai,
hingga, sehingga, sampai, untuk, buat, guna, bagi.
e. Konjungsi
Konjungsi
atau kata pengubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan
sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara
klausa dengan klausa atau antara kalimat dengan kalimat.
f. Artikula
Artikula
atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau
mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa
Indonesia adalah si, sang.
g. Interjeksi
Interjeksi
adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah,
terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua
yaitu interjeksi yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan
interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan,
bangsat, astaga. Alhamdulillah, Masyaallah dsb).
h. Partikel
Partikel
dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan pun. Partikel ini
berfungsi sebagai penegas dalam tuturan.
Ø PEMBENTUKAN
KATA
a. Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa
berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa Sanskerta, penggunaan
kata dalam bahasa asing harus disesuaikan dengan kategori-kategori gramatikal
bahsa tersebut. Alat berupa afiks, kongjugasi, dan deklinasi.
b. Derivatif
Pembentukan kata secara
derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan
bentuk dasarnya.
Ø KLITIKA
Klitika adalah semacam imbuhan yang dalam ucapan
tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak merupakan kata karena tidak dapat
berdiri sendiri. Jadi, klitika merupakan bentuk yang selalu terikat pada bentuk
(kata) lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar