Klasifikasi Morfem
A. Klasifikasi Morfem
Abdul
chaer 2008 dalam bukunya yang berjudul morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan
Proses) menulis bawasanya kajian morfologi dibedakan adanya beberapa morfem
berdasarkan kreteria tertentu, seperti kebebasan, keutuhan, makna dan
sebagainya. Berikut beberapa jenis-jenis morfem.
a. Morfem bebas dan terikat.
Morfem
bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitanya dengan morfem lain dapat langsung
digunakan dalam pertuturan. Misalnya, morfem {pulang}, {merah}, dan pergi.
Morfe bebas merupaka morfem dasar. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang
harus lebih dahulu bergabung dengan morfem lain untukdapat digunakan dalam
pertuturan. Di samping itu banyak orfem terikat yang merupakan kata dasar.
Misalkan, morfem {henti}, {juang}, dan {gletak}. Ketigakataini bisa digunakan
jika sudah diberi tambahan berupa afiks ataugabungan lainya. Misalnya {henti}
menjadi berhenti. Berkenaan deng morfem terikat ada beberapa catatan sebagai
berikut.
Pertama,
bentuk dasar seperti kata henti, juang dan gaul lazim juga disebut bentuk
prakategorial karena bentuk-bentuk tersebut belu memiliki kategori sehingga
tidk dapat digunakan dalam pertuturan.
Kedua,
Verhar (1972) juga memasukkan bentuk-bentuk seperti beli, baca, dan tulis
kedalam kelas kelompok prakategorial, karena untuk menggunakan kata tersebut
dalam kalimat harus diberi tambahan.
Ketiga,
bentuk-bentuk seperti renta ( yang hanya muncul dalam tua renta, kerontang yag
hanya muncul dalam kata kering kerontang, termasuk morfem terikat. Dan hanya
muncul dalam pasangan tertentu sehingga disebut morfem unik.
Keempat,
bentuk-bentuk yang disebut klitik merupakan morfem yang agaksukar ditentukan
statusnya, apakah orfem bebas atau morfem terikat. Kemunculanya dalam
pertuturan selalu terikat dengn bentuk lain, tetapi asih bisa dipisahkan.
Kelima,
bentuk-bentuk yang termasuk preposisi seperti dan, oleh, di dan karena termasuk
orfe bebas, tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
Keenam,
bentuk-bentuk yang oleh kridalaksana(1989) disebut proleksem, seperti a (pada
asusila), dwi (pada dwibahasa) juga termasuk morfem terikat.
b. Morfem utuh dan terbagi.
Morfem
utuh secara fisik adalah satu-kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar, morfem
bebas, maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks termasukmorf utuh.
Sedang morfem yang fisiknya terbagi dan
disisipi morfem lain.Untuk morfem terbagi ada dua catacan yaitu.
Pertama,
semua konfiks termasuk morfem terbagi, tetapi pada bentuk ber-an ada yang
berupa konfiks dan bukan konfiks contohnya, pada kata berpakaian itu bukan
konfiks tapi klofiks (akronim dari kelompok afiks ). Sedang kata bermunculan
adalah konfiks.
Kedua,
dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yaitu afiks yang
ditempatkan ditengah didalam kata. Morfe t-unjuk menjadi morfem terbagi bukan
morfem utuh.
c. Morfem segmental dan suprasegmental.
Morfem
segmental adalah morfem yang terbentuk dari fonem-fonem segmental, yakni morfem
yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan. Misalnya morfem {lihat}, {ter-},
{sikat}, dan {-lah}. Morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari
nada, tekanan, durasi, dan intonasi.
d. Morfem beralomorf zero
Dalam
buku linguistik umum karangan Abdul Chaer (juni 2007) tertulis, Morfem
beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segementalmaupun suprasegmenta, melainkan berupa kekosongan. Morfem beralomorf
zero merupakan morfem penanda jamak dalam bahasa inggris dan tidak berlaku pada
bahasa Indonesia. Contohnya adalah bentuk sheep, baik bentuk tunggal maupun jamak,
kata sheep kan tetap, menjadi sheep dan tidak mengalami perubahan.
e. Morfem bermakna leksikal dan tak
bermakna leksikal.
Morfem
dikatakan morfem yang bermakna leksikal karena morfem itu secara inhere telah
memiliki makna. Semua morfem dasar bebas semua bermakna leksikal. Sedang
sebaliknya, morfe afiks tak bermakna leksikal.
B. Morfem Dasar, Akar dan Pangkal.
Dalam
bukunya Abdul Chaer menulis bawasanya morfem dasar dapat menjadi sebuh bentuk
dasar dalam suatu proses morfologi artinya, bias diberi afiks tertentu dalam
proses afiksasi bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung
dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Istilah bentuk dasar biasanya
digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses
morfologi.
Istilah
pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infiksi, atau proses
pembubuhan afiks infektif. Contoh bentuk infektif menangis bentuk pangkalnya adalah tangisi.
Dan morfe me- adalah afiks infektif.
Istilah
akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh
lagi. Artinya akar itu adalah bentuk yang terisi setelah semua afiksnya
ditanggalkan. Contohnya kata berterimakasih kalau semua asiks ditanggalkan
akantersisa akarnya yaitu bentuk terima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar