Kamis, 12 Januari 2017

kalasifikasi morfem



Klasifikasi  Morfem
A.    Klasifikasi  Morfem
Abdul chaer 2008 dalam bukunya yang berjudul morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses) menulis bawasanya kajian morfologi dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kreteria tertentu, seperti kebebasan, keutuhan, makna dan sebagainya. Berikut beberapa jenis-jenis morfem.
a.         Morfem bebas dan terikat.
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitanya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Misalnya, morfem {pulang}, {merah}, dan pergi. Morfe bebas merupaka morfem dasar. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang harus lebih dahulu bergabung dengan morfem lain untukdapat digunakan dalam pertuturan. Di samping itu banyak orfem terikat yang merupakan kata dasar. Misalkan, morfem {henti}, {juang}, dan {gletak}. Ketigakataini bisa digunakan jika sudah diberi tambahan berupa afiks ataugabungan lainya. Misalnya {henti} menjadi berhenti. Berkenaan deng morfem terikat ada beberapa catatan sebagai berikut.
Pertama, bentuk dasar seperti kata henti, juang dan gaul lazim juga disebut bentuk prakategorial karena bentuk-bentuk tersebut belu memiliki kategori sehingga tidk dapat digunakan dalam pertuturan.
Kedua, Verhar (1972) juga memasukkan bentuk-bentuk seperti beli, baca, dan tulis kedalam kelas kelompok prakategorial, karena untuk menggunakan kata tersebut dalam kalimat harus diberi tambahan.
Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta ( yang hanya muncul dalam tua renta, kerontang yag hanya muncul dalam kata kering kerontang, termasuk morfem terikat. Dan hanya muncul dalam pasangan tertentu sehingga disebut morfem unik.
Keempat, bentuk-bentuk yang disebut klitik merupakan morfem yang agaksukar ditentukan statusnya, apakah orfem bebas atau morfem terikat. Kemunculanya dalam pertuturan selalu terikat dengn bentuk lain, tetapi asih bisa dipisahkan.
Kelima, bentuk-bentuk yang termasuk preposisi seperti dan, oleh, di dan karena termasuk orfe bebas, tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
Keenam, bentuk-bentuk yang oleh kridalaksana(1989) disebut proleksem, seperti a (pada asusila), dwi (pada dwibahasa) juga termasuk morfem terikat.
b.         Morfem utuh dan terbagi.
Morfem utuh secara fisik adalah satu-kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar, morfem bebas, maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks termasukmorf utuh. Sedang morfem yang fisiknya  terbagi dan disisipi morfem lain.Untuk morfem terbagi ada dua catacan yaitu.
Pertama, semua konfiks termasuk morfem terbagi, tetapi pada bentuk ber-an ada yang berupa konfiks dan bukan konfiks contohnya, pada kata berpakaian itu bukan konfiks tapi klofiks (akronim dari kelompok afiks ). Sedang kata bermunculan adalah konfiks.
Kedua, dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yaitu afiks yang ditempatkan ditengah didalam kata. Morfe t-unjuk menjadi morfem terbagi bukan morfem utuh.
c.         Morfem segmental dan suprasegmental.
Morfem segmental adalah morfem yang terbentuk dari fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan. Misalnya morfem {lihat}, {ter-}, {sikat}, dan {-lah}. Morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi.
d.         Morfem beralomorf zero
Dalam buku linguistik umum karangan Abdul Chaer (juni 2007) tertulis, Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segementalmaupun suprasegmenta, melainkan berupa kekosongan. Morfem beralomorf zero merupakan morfem penanda jamak dalam bahasa inggris dan tidak berlaku pada bahasa Indonesia. Contohnya adalah bentuk sheep, baik bentuk tunggal maupun jamak, kata sheep kan tetap, menjadi sheep dan tidak mengalami perubahan.
e.         Morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal.
Morfem dikatakan morfem yang bermakna leksikal karena morfem itu secara inhere telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas semua bermakna leksikal. Sedang sebaliknya, morfe afiks tak bermakna leksikal.

B.     Morfem Dasar, Akar dan Pangkal.
Dalam bukunya Abdul Chaer menulis bawasanya morfem dasar dapat menjadi sebuh bentuk dasar dalam suatu proses morfologi artinya, bias diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Istilah bentuk dasar biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.
Istilah pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infiksi, atau proses pembubuhan afiks infektif. Contoh bentuk infektif  menangis bentuk pangkalnya adalah tangisi. Dan morfe me- adalah afiks infektif.
Istilah akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya akar itu adalah bentuk yang terisi setelah semua afiksnya ditanggalkan. Contohnya kata berterimakasih kalau semua asiks ditanggalkan akantersisa akarnya yaitu bentuk terima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar