Selasa, 24 Januari 2017

pembentukan afiksasi ajektiva



PEMBENTUKAN AFIKSASI AJEKTIFA
Menurut Chaer (2008:169) “Kata yang berkategori ajektiva merupakan kata yang tidak perlu melalaui proses pemberian afiks dan berupa kata yang telah jadi atau bentuk yang berupa akar. jadi, tidak sama dengan kata-kata berkategori nomina dan verba yang sebagian besar terlenih dahulu dibentuk denga proses afiksasi.”
Menurut Kridalaksana (1989) dan Alwi (1998) Menjelaskan Bahwa ada sejumlah kata berafiks yang bentuk dasarnya berkategori makna (+ sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga sebagai kata berkelas ajektifa. memang diakui juga bahwa kata bentukan tersebut bertumpang tindih dengan kategori lain.

Dasar Ajektiva Berprefiks pe-



 
                                                      +  Pe

Pemberian afiks pe- terjadi apabila memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan mempunyai makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’.
pemberian prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan terjadi apanila memiliki komponen makna (+ keadaan fisik) dan memiliki makna gramatikal ‘yang menjadi (dasar)’.
takut + pe                      penakut ‘yang memiliki sifat takut’
                                                          menakutkan                   penakut ‘yang menakutkan’

Ø  dasar  Ajektiva Berprefiks se-
             pemberian prefiks se- memberi makna gramatikal sama (dasar). contoh setinggi B yang artinya sama tinggi dengan B. prefriks se- dasar ajektifa bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu sistem perderajatan atau masuk dalam tingkat perbandingan.
·         Tinggian =  lebih tinggi = tingkat perbandingan lebih
·         Tertinggii = paling tinggi = tingkat perbandingan paling


Ø  dasar  Ajektiva Bersufiks –an
             Pemberian sufiks –an  memiliki makna gramtikal “lebih (dasar)” contoh : “pintaran” memiliki makna lebih pintar. dan masih dalam tingkatan perbandingan
Ø  Dasar Ajektiva Berprefiks ter-
             Pengimbuhan ter- pada semua dasar ajektifa memiliki makna gramatikal paling (dasar). contoh : “termahal” memiliki makna paling mahal. dan masih dalam tingkatan perbandingan.
ada kata yang berprefiks ter-  yang berkatergori ajektifa karena dapat didahului adverbia agak dan sangat  karena memiliki makna (+ keadaan). contoh : tertingal => agak tertinggal, sangat tertinggal.
Ø  Dasar Ajektiva Berkonfiks ke-an
             Pengimbuhan ke-an terjadi apabila dasar ajektifa memiliki  komponen makna gramatikal (+ warna). contoh : Kemerahan, “agak merah”. dan terkadang dipertegas dengan pengulangan atau reduplikasi misal : kemerah merahan.
No
Makna gramatikal
Komponen makna
Contoh
Makna
1.

2.

3.
terlalu (dasar)

hal (dasar)

mengalami (dasar)
(+warna), (+ rasa) atau (+ ukuran)
(+sikap batin)
(+ rasa fisik)

Kemerahan

Kesedihan

kedinginan

terlalu merah

hal sedih
mengalami dingin

v  DASAR AJEKTIFA BERKLOFIKS me-kan
             Dasar me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila memiliki komponen makna ( sikap batin). contoh : memalukan. Dasar ajektifa berklofiks me-kan mempunyai katrgori ajektifa dan verba dan dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. contoh : agak mengkhawatirkan kami.


v  Dasar Ajektiva Berkonfiks me-i
             Dasar ajektifa me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila memiliki kompoen makna (+ rasa batin). contoh : mencintai “merasa cinta pada”
dasar ajektifa dengan klofiks me-i memiliki kategori ajektifa dan verba . juga dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat  dan sebgai verba dapat dikuti oleh objek. agak mengangumi permainanya artinya sangat mengagumi permainannya.
v  Dasar Lain Komponen Makna (+ keadaan)
             kosa kata ajektifa dalam bahasa Indinesia merupakan barang jadi tetapi banyak pula yang tidak. yang berkategori ajektifa itu memiliki komponenn makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). misalnya ajektifa merah dan kuning  sehinga keduanya bisa didahului negasi bukan merah dan tidak merah sama - sama berterima. ajektifa marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan). sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki makna (+ keadaan) sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak jadi bentuk-bentuk bukan untung dan tidak rugi sama-sama berterima. kata turunan merugikan bisa divebut verva juga termasuk kategori ajektifa.
v  PEMBENTUKAN AJEKTIFA DENGAN “afiks”  SERAPAN
             menurut Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI) penyerapan istilah dari bahasa asing dilakukan secarah utuh bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. misalnya kata standar (huruf d-nya dibuang) standardition (-dition disesuaikan menjadi –disasi).begitu pula dengan object menjadi objek, objective menjadi objektif.
v  Kata Serapan dari Bahasa Inggris dan Belanda
yang berkatergori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik). seperti :
NO
Akhiran (inggris dan belanda)
Contoh
1.

2.
3.

4.
5.

6.
-if

-ik
-is

-istis
-al

-il
aktif, obkektif,

patriotik, kademik,
teknis, akademis,

egoistis, persimistis,
konseptual, gramatikal,
prinsipil, idiil, komersil

akhiran il dari Bahasa Belanda menurut pedoman EYD farus diganti dengan akhiran al dari Bahasa Inggris. namun, ada akhiran il dan al tidak bisa dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan ideal.


v  Kata serapan dari arab
yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik). seperti :
NO
Akhiran bahasa Arab
contoh
1.

-i
-iah

-wi
-in
-at
abadi, qurani, madani
abadiah, dan qutaniah

manusiawi, dan kimiawi
mus;imin, mukminin,
hadirat,  mulimat dan mukminat.

             kata-kata dasar asliIndonesia yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, terdanisasi, ,lelenisasi. “akhiran” unur serapan baik Inggris / Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia , bukan hanya untuk pembentuk verba , tetapi juga untuk pembentukan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar