PEMBENTUKAN AFIKSASI AJEKTIFA
Menurut
Chaer (2008:169) “Kata yang berkategori ajektiva merupakan kata yang tidak
perlu melalaui proses pemberian afiks dan berupa kata yang telah jadi atau
bentuk yang berupa akar. jadi, tidak sama dengan kata-kata berkategori nomina
dan verba yang sebagian besar terlenih dahulu dibentuk denga proses afiksasi.”
Menurut
Kridalaksana (1989) dan Alwi (1998) Menjelaskan Bahwa ada sejumlah kata
berafiks yang bentuk dasarnya berkategori makna (+ sifat) atau (+ keadaan)
digolongkan juga sebagai kata berkelas ajektifa. memang diakui juga bahwa kata
bentukan tersebut bertumpang tindih dengan kategori lain.
Dasar Ajektiva Berprefiks pe-
|
Pemberian afiks pe-
terjadi apabila memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan mempunyai makna
gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’.
pemberian
prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan terjadi apanila memiliki komponen
makna (+ keadaan fisik) dan memiliki makna gramatikal ‘yang menjadi (dasar)’.




Ø dasar
Ajektiva Berprefiks se-
pemberian
prefiks se- memberi makna gramatikal sama (dasar). contoh setinggi B yang
artinya sama tinggi dengan B. prefriks se- dasar ajektifa bertugas membentuk
tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu sistem perderajatan atau
masuk dalam tingkat perbandingan.
·
Tinggian = lebih tinggi = tingkat perbandingan lebih
·
Tertinggii =
paling tinggi = tingkat perbandingan paling
Ø dasar
Ajektiva Bersufiks –an
Pemberian
sufiks –an memiliki makna gramtikal
“lebih (dasar)” contoh : “pintaran” memiliki makna lebih pintar. dan masih
dalam tingkatan perbandingan
Ø Dasar
Ajektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan
ter- pada semua dasar ajektifa memiliki makna gramatikal paling (dasar). contoh
: “termahal” memiliki makna paling mahal. dan masih dalam tingkatan
perbandingan.
ada
kata yang berprefiks ter- yang
berkatergori ajektifa karena dapat didahului adverbia agak dan sangat karena memiliki makna (+ keadaan). contoh :
tertingal => agak tertinggal, sangat tertinggal.
Ø Dasar
Ajektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan
ke-an terjadi apabila dasar ajektifa memiliki
komponen makna gramatikal (+ warna). contoh : Kemerahan, “agak merah”. dan terkadang
dipertegas dengan pengulangan atau reduplikasi misal : kemerah merahan.
No
|
Makna
gramatikal
|
Komponen
makna
|
Contoh
|
Makna
|
1.
2.
3.
|
terlalu
(dasar)
hal
(dasar)
mengalami
(dasar)
|
(+warna), (+ rasa) atau (+ ukuran)
(+sikap batin)
(+ rasa fisik)
|
Kemerahan
Kesedihan
kedinginan
|
terlalu
merah
hal sedih
mengalami
dingin
|
v DASAR
AJEKTIFA BERKLOFIKS me-kan
Dasar
me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila memiliki
komponen makna ( sikap batin). contoh : memalukan. Dasar ajektifa berklofiks
me-kan mempunyai katrgori ajektifa dan verba dan dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. contoh :
agak mengkhawatirkan kami.
v Dasar
Ajektiva Berkonfiks me-i
Dasar
ajektifa me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila memiliki
kompoen makna (+ rasa batin). contoh : mencintai “merasa cinta pada”
dasar
ajektifa dengan klofiks me-i memiliki kategori ajektifa dan verba . juga dapat
didahului oleh adverbia agak dan sangat dan sebgai verba dapat dikuti oleh objek. agak mengangumi permainanya artinya
sangat mengagumi permainannya.
v Dasar
Lain Komponen Makna (+ keadaan)
kosa
kata ajektifa dalam bahasa Indinesia merupakan barang jadi tetapi banyak pula
yang tidak. yang berkategori ajektifa itu memiliki komponenn makna (+ bendaan)
atau (+ tindakan). misalnya ajektifa merah
dan kuning sehinga keduanya bisa didahului negasi bukan merah dan tidak merah sama - sama
berterima. ajektifa marah dan benci juga memiliki komponen makna (+
tindakan). sebaliknya nomina untung
dan rugi juga memiliki makna (+
keadaan) sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak jadi
bentuk-bentuk bukan untung dan tidak rugi sama-sama berterima. kata turunan merugikan bisa divebut verva juga
termasuk kategori ajektifa.
v PEMBENTUKAN AJEKTIFA DENGAN “afiks” SERAPAN
menurut
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman
Pembentukan Istilah (PPI) penyerapan istilah dari bahasa asing dilakukan
secarah utuh bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. misalnya kata standar (huruf d-nya dibuang) standardition
(-dition disesuaikan menjadi –disasi).begitu pula dengan object menjadi objek,
objective menjadi objektif.
v Kata
Serapan dari Bahasa Inggris dan Belanda
yang
berkatergori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik).
seperti :
NO
|
Akhiran
(inggris dan belanda)
|
Contoh
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
-if
-ik
-is
-istis
-al
-il
|
aktif,
obkektif,
patriotik,
kademik,
teknis,
akademis,
egoistis,
persimistis,
konseptual,
gramatikal,
prinsipil,
idiil, komersil
|
akhiran
il dari Bahasa Belanda menurut
pedoman EYD farus diganti dengan akhiran al
dari Bahasa Inggris. namun, ada akhiran il
dan al tidak bisa dipertukarkan
karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan ideal.
yang
berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik).
seperti :
NO
|
Akhiran
bahasa Arab
|
contoh
|
1.
|
-i
-iah
-wi
-in
-at
|
abadi,
qurani, madani
abadiah,
dan qutaniah
manusiawi,
dan kimiawi
mus;imin,
mukminin,
hadirat, mulimat dan mukminat.
|
kata-kata
dasar asliIndonesia yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi,
sukuisme, daerahisme, terdanisasi, ,lelenisasi. “akhiran” unur serapan baik
Inggris / Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam
bahasa Indonesia , bukan hanya untuk pembentuk verba , tetapi juga untuk
pembentukan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar